Rabu, 11 Maret 2015

Sepenggal kisah antara monas dan kerak telor


Seperti pada umumnya seorang anak, siapa sih yang ga sayang sama ibu nya, begitu juga dengan ku. Tapi sayangnya aku termasuk golongan anak yang inget ibu dikala susah saja, kalo lagi seneng seringnya malah lupa sama ibu. Hiks, bukan golongan anak durhaka kan ya :(. Apalagi semenjak lulus SMA aku merantau ke tangerang demi perbaikan nasib, alhasil aku makin jauh dari ibu dan makin melupakannya. Untungnya ketika hamil ibu rela dateng ke tangerang buat nemenin anaknya yang sering ditinggal dines. Ibuku adalah wanita kelahiran jakarta 52 tahun silam, beliau di boyong bapak ke kota Jember saat aku berusia 5 tahun. Tapi meski lahir dan besar di jakarta, ibuku katanya belum pernah makan kerak telor. Sebagai seorang anak yang berbakti, ingin sekali mencarikan makanan keinginannya tersebut, namun apa daya tubuh ini membelendung besar, takut takut kalo tiba tiba brojol dijalan. Maka niat untuk mencicipi kerak telor pun diurungkan untuk jangka waktu yang tak dapat di prediksikan. Hehehe.
Setahun kemudian, saat abhirama berusia 10 bulan, ibuku kembali berceloteh, katanya beliau baru sekali ke monas seumur hidupnya. Lagi lagi aku dibuat tercengang dan meringis sedih akan celotehan ibuku tersebut. Dalam hati aku membayangkan betapa susahnya hidupnya dulu, bahkan untuk ke monas yang jaraknya selemparan batu saja ia tak bisa. Terbersit keinginanku membawa beliau berlibur keliling jakarta, meski hanya ngangkot, aku siap mengajaknya bersenang senang sedikit. Keinginan tersebut baru terwujud dua bulan kemudian, setelah aku mengumpulkan sisa uang belanja.

Pagi pagi sekali kami berangkat naik bus jurusan karawaci - senen, lalu turun dan jalan kaki sebentar menuju monas, sungguh aku menahan sakit di mata tatkala melihat ibuku tersenyum sumringah layaknya ibu ibu udik masuk istana raja seperti dalam dongeng. Subhanallah, mata ini hampir dibanjiri air mata jika aku tak membendungnya. Begitu melewati pintu masuk monas aku menuntun ibuku mencari minum dan cemilan, niatnya sekalian mencari kerak telor, sayangnya kata si abang yang berdagang disitu tukang kerak telor ada dipintu yg di ujung lainnya. Selesai memesankan dua gelas kopi susu aku duduk termenung menghitung recehan yang tersisa, selama ini aku juga belum pernah naik ke atas monas, jadi aku ga tau harga tiketnya. Duitku sisa 27 ribu saja setelah ku sisihkan untuk ongkos pulang, jadi kuputuskan naik ke atas monas dulu baru beli kerak telor. Sayangnya begitu di loket ternyata harga naik ke atas monas cukup mahal, 15ribu untuk umum, itu artinya kalo kami berdua mau naik bayarnya harus 30ribu,duit yang ku genggam tak cukup untuk naik keatas. Saat ngubek ubek tas tak sengaja aku menemukan kartu mahasiswaku yang sudah usang, saat ku lirik papan harga tiketnya , ternyata tiket untuk mahasiswa adalah 10ribu. Dengan senang hati aku membeli satu tiket untuk mahasiswa dan satu untuk umum, kartu mahasiswaku ku tunjukkan agar si penjaga loket percaya. Hihihi, meski kuliahku putus, ternyata punya kartu mahasiswa ada manfaatnya.

Setelah menaiki beberapa anak tangga, akhirnya kami tiba di depan lift yang akan mengantarkan kami ke atas monas. Ini pertama kalinya untukku dan anakku, serta ke dua kalinya untuk ibuku. Tak terpekik betapa bahagianya aku, seorang anak yang juga ibu bisa membuat ibuku tersenyum senang. Terpatri diotakku senyum polosnya, aduh, itu senyumnya polooosss banget, layaknya anak kecil yang baru menemukan sesuatu. Hihihi. Berbekal smartfren andromax G2 pemberian suamiku serta tongsis hasil pinjam dari adik ipar, kami bisa bernarsis ria diatas monas. Untungnya smartphone yang ku punya ini sudah dibekali kamera depan 1,3MP ada pengaturan timernya pula, selfie pun jadi maksimal. Kalo bosan selfie, tinggal pake kamera belakang yg 5MP deh, bikin betah jepret jepret dimanapun berada. Hehehe.
Wefie diatas monas
wefie di cawan monas

Gara gara duitnya kurang, jadinya belum sempet beliin ibu kerak telor. Mudah mudahan ada rejeki, nanti main kemonas lagi sambil makan kerak telor. Aamiin, sabar ya ibu :(

6 komentar:

  1. Dari karawaci naik 157 atau 106 mbak? :)
    *saya tinggal di tangerang juga*
    Sukses GA nya ya.. salam ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naik dua duanya bisa mak, cuma beda tarif dan rute nya aja. Wah jangan jangan kita tetanggaan nih. Hihi. Makasii ya mak

      Hapus
  2. membahagian ibu bisa dengan cara yang sederhana ya mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener, kalo ibu mah ga banyak mintanya. dikasi apa aja bahagia. Hihihi

      Hapus
  3. mbak kemonas itu yang diakhir dipisah
    yah
    amin semoga kelak bisa beli kerak telor yah, kerak telor ga cuma ada di Monas, tapi ada di PRJ dan pernah aku temui saat di Ancol
    @Guru5seni8
    penulis di www.kartunet.or.id dan htt://hatindapikiranjernih.blogspot.com

    BalasHapus
  4. aduh typo harusnya http://hatidanpikiranjernih.blogspot.com, maaf

    BalasHapus

Windah Saputro. Diberdayakan oleh Blogger.