Di era moders ini, sepertinya gadget dan keluarganya bukan lagi barang asing atau mewah bagi sebagian orang, dan dengan menjamurnya gadget murah, maka menjamur pula provider yang menawarkan akses internet cepat, murah dan mudah. Rumah rumah mana yang tidak punya jaringan internet . televisi atau perangkat digital lainnya ? Pasti saat itu juga si pemilik rumah akan di cap KUDET!!
Tapi, sadar kah kita, para parent, para kakak yang beradik usia belia, bahwa internet adalah sebilah pisau yang dua matanya sama sama tajam, setiap saat dapat mengiris sisi yang tak kita harapkan. Menurut ibu Rita Pranawati selaku komisioner KPAI, sejak 3 tahun terakhir, kasus kekerasan, pornografi dan pelecehan seksual pada anak meningkat pesat. Kasus kasus baru seperti anak kabur dari rumah akibat facebook, atau pembunuhan oleh remaja akibat kicauan di twitter menjadi jadi.
berdasarkan survey : di Indonesia, lebih dari 60% pengakses internet berumur dibawah 25 tahun. Pengakses internet termuda berada dalam rentan umur 5-12 tahun. Dan tahukah anda bahwa jakarta berada di urutan ke 2 dari 10 pengguna facebook terbanyak dunia.
Menurut psikolog Kasandra putranto dari kasandra psikolog associety kita tidak bisa membatasi akses yang masuk, tapi kita bisa memilah milah aksesnya.
Parents, layaknya kita lebih disiplin menjaga anak kita, jangan sampai kita kalah oleh teknologi yang diciptakan oleh kaum kita sendiri. Ada yang bertanya pada psikolog kasandra, apa yang harus saya lakukan saat anak saya mulai kecanduan gadget, game, atau ipad ? Lantas beliau menjawab, amati apa yang membuat kecanduan, faktor apa yang mendorongnya, jika faktor tersebut dihilangkan, bukan tak mungkin kecanduan bisa diatasi. Untuk para parents layaknya bertanya pada diri sendiri, cukupkah waktu saya untuk anak, melakukan kegiatan bersama yang artinya jika kegiatan itu bersepeda, maka bersepedalah bersama, bukan anak bersepeda dan kita menyoraki sambil sibuk memfotoi anak kita.
Jaga anak kita, karna mereka adalah bibit manusia yang akan punya masa depan lebih panjang. Yang kita lakukan saat ini, akan berdampak pada hidupnya kelak
Tapi, sadar kah kita, para parent, para kakak yang beradik usia belia, bahwa internet adalah sebilah pisau yang dua matanya sama sama tajam, setiap saat dapat mengiris sisi yang tak kita harapkan. Menurut ibu Rita Pranawati selaku komisioner KPAI, sejak 3 tahun terakhir, kasus kekerasan, pornografi dan pelecehan seksual pada anak meningkat pesat. Kasus kasus baru seperti anak kabur dari rumah akibat facebook, atau pembunuhan oleh remaja akibat kicauan di twitter menjadi jadi.
Kasus pembunuhan : pelajar LB ditemukan tewas dan TM duduk dipojok kamar oleh petugas asrama setelah melihat genangan darah di lantai
Hasil investigasi : kejadian ini terpicu oleh sebuah game online. Setelah kalah tigakali berturut turut , TM marah dan lepas kendali kemudian menebas LB, teman kamarnya denga pisau buahAda apa ? Ini lantas yang dipertanyakan oleh masyarakat yang cemas pada lingkungan sosial anaknya, namun lupa mengecek lingkungan keluarga anaknya. Yap, hampir separuh orang tua tidak tahu apa yang terjadi pada anaknya dalam rentan usia 12 hingga 17 tahun. Mereka melihat bahwa anaknya baik, prestasi akademisnya baik, maka anak itu baik ! Ini terjadi di surabaya, KPAI pernah menangani sebuah kasus, dimana terjadi pelecehan di sebuah asrama putri, sebagaimana pun usaha pemilik asrama mengganti kunci, gembok dan cctv, selalu saja kebobolan, selalu saja ada kamar yang berhasil didatangi orang tak dikenal, menggerayangi tubuh korban lalu mencuri pakaian dalam. Ini terjadi terus menerus hingga pihak asrama melapor ke polisi, dan *jengjeng* pelakunya seorang remaja berusia 17 tahun yang nilai akademisnya selalu baik dan punya banyak prestasi. Lantas ada apa ? Ternyata di kamarnya, dia koleksi puluhan pakaian dalam perempuan dan dari pengakuannya dia suka nonton video porno. Dia mengalami adiksi pornografi dan harus di rehabilitasi.
berdasarkan survey : di Indonesia, lebih dari 60% pengakses internet berumur dibawah 25 tahun. Pengakses internet termuda berada dalam rentan umur 5-12 tahun. Dan tahukah anda bahwa jakarta berada di urutan ke 2 dari 10 pengguna facebook terbanyak dunia.
Menurut data KPAI tahun 2011-2013 terdapat 7065 kasus kekerasan anak dari jumlah tersebut 2.131 kasus (30%) adalah kejahatan seksual
Tahun 2014 - april, kejaksaan telah menangani 1.462 perkara kekerasan terhadap anak
Dari 12% situs yang di internet adalah pornografi dan jumlahnya adalah 24,644,172
Setiap detik, ada 28,258 pasang mata sedang melihat situs porno
Jumlah penelusuran (search) yang berhubungan dengan pornografi = 68,000,000/hari
Jumlah download = 35% dari semua jenis data yang di download di internet
email yang mengandung pornografi = 2.5 juta email/hariSaya sendiri harus menggelengkan kepala mendengar hasil statistik tentang data industri seks tersebut. Lalu apa lantas kita harus mengekang keinginan anak bermain gadget ? Ya tentu tidak, sebab ada juga dampak positifnya kan, seperti anak menjadi luas pengetahuannya, menumbuhkan motivasi dan belajar , media komunikasi dan relasi , serta masih banyak yang lainnya. Nah, solusinya gimana dong ?
Menurut psikolog Kasandra putranto dari kasandra psikolog associety kita tidak bisa membatasi akses yang masuk, tapi kita bisa memilah milah aksesnya.
- Jangan memberikan anak gadget sebagai kunci agar anda bisa melakukan hal lain yang anda inginkan, karna itu akan balik menyerang anda pada saatnya nanti
- kenalkan, amankan, dampingi, batasi
- Ajarkan seks edukasi, banyak orang tua yang berfikir bahwa seks edukasi, adalah mengajarkan anak untuk melakukan seks, padahal sebetulnya seks edukasi adalah mengedukasi anak sesuai dengan gendernya. Contohnya, memberitahu bahwa toilet wanita untuk wanita, dan pria untuk pria, mengajari anak menutup area sensitifnya
- Ajarkan anak sejak dini, banyak orang tua *termasuk saya* yang mengajarkan anak untuk tidak melihat apa yang tak boleh dilihat tanpa ada alasan, misalnya saja saat booming film cinderella, ada adegan berciuman, beberapa orang tua mengatakan "tutup matanya, ga boleh lihat yang begini" tapi mereka lupa ngasih tau kenapa ? Dikasih tahunya telat, pas mereka gede. Mekera udah keburu penasaran dan mencari tahu sendiri kenapa itu dilarang. Proses mencari itu malah menghasilkan banyak hal yang malah menjerumuskan dia. Psikolog kasandra sendiri telah mengajarkan seks edukasi sejak anaknya umur 3 tahun, salah satunya dengan berkata "kamu juga punya pensil, maka rautlah pensilmu dengan rautanmu sendiri" terus dia ajarkan itu hingga sang anak beranjak dewasa.
- Hindari menjadikan anak object kelucuan kita, misalnya dengan memperdengarkan lagu lagu tak pantas dia dengar. Contohnya : bang bang nya jessie j, itu lagu emang enak di dengerin, dan akan lucu kalo anak kita nyanyiin. Tapi makna yang ga pantas dari kata itu akan tercerna hingga dia dewasa, atau lagu cinta satu malam dan masih banyak lagi.
- Terapkan kebersamaan di dalam keluarga
Parents, layaknya kita lebih disiplin menjaga anak kita, jangan sampai kita kalah oleh teknologi yang diciptakan oleh kaum kita sendiri. Ada yang bertanya pada psikolog kasandra, apa yang harus saya lakukan saat anak saya mulai kecanduan gadget, game, atau ipad ? Lantas beliau menjawab, amati apa yang membuat kecanduan, faktor apa yang mendorongnya, jika faktor tersebut dihilangkan, bukan tak mungkin kecanduan bisa diatasi. Untuk para parents layaknya bertanya pada diri sendiri, cukupkah waktu saya untuk anak, melakukan kegiatan bersama yang artinya jika kegiatan itu bersepeda, maka bersepedalah bersama, bukan anak bersepeda dan kita menyoraki sambil sibuk memfotoi anak kita.
Jaga anak kita, karna mereka adalah bibit manusia yang akan punya masa depan lebih panjang. Yang kita lakukan saat ini, akan berdampak pada hidupnya kelak
0 comments:
Posting Komentar