Senin, 23 Mei 2016

Maukah Kamu Terus Merokok Setelah Baca Tulisan Ini ?


            Kalo ditanya apa yang paling saya benci di dunia ini, pasti jawaban saya adalah ASAP ROKOK!! Yess, saya punya masa lalu kelam dengan yang namanya rokok. Belasan tahun yang lalu saya hidup dengan jerat rokok. Maklum, dulu kami hidup miskin. Rumah satu petak dengan gorden sebagai pembatas antara kamar dan ruang tamu. Dan saya harus hidup dengan seorang pecandu rokok yang sehari bisa menghabiskan 5 bungkus kretek yang asapnya penuh di paru paru saya. Kesal ? sangat. Bahkan saya harus ribut tiap hari dengan bapak saya karna asapnya sudah sangat tidak bisa di tolerir.


            Itu dulu, sekarang saya tidak lagi mau tinggal serumah dengan bapak saya. Sekalipun bapak berkunjung kerumah saya tidak mengijinkannya merokok di dalam gerbang rumah. Coba tanyakan pada beliau bagaimana “sengkek”-nya saya terhadap hal ini.

            Yang saya lakukan tentu bukan tanpa alasan mengingat saat ini industri rokok sudah tidak lagi pandang bulu. Mulai dari kakek kakek bau tanah hingga anak kecil bau kencur dijejalinya racun berbalut candu tersebut. Selain itu tentu kita tahu bahwa hal tersebut termasuk barang haram yang jika terus menerus kita sesap akan memberi dampak buruk bagi kesehatan, tidak hanya untuk yang menikmatinya tetapi juga yang kena getah asap rokoknya.

Image merokok itu keren disounding untuk menjerat pemuda

                        Dan yang paling membuat saya kesal pada rokok adalah kenyataan bahwa kini industri rokok memanfaatkan anak dibawah umur sehingga nantinya bisa menjadi pelanggan masa depan mereka. Hal ini tentunya didukung dengan kekonyolan orang tua yang membebaskan anaknya merokok sejak usia dini dan menganggap hal tersebut adalah lucu seperti kasus Sandi Adisusanto dari Malang dan Aldi dari Banyu Asin yang bahkan sejak balita sudah faseh memegang gagang rokok dan tahu bagaimana mengekspresikan nikmatnya menghembuskan asap racun tersebun. Miris ? lebih dari sekedar miris, saya muak!


            Indonesia Smoke Free Agents yang digandeng oleh Kementrian Kesehatan kemudian memaparkan bagaimana Industri rokok telah menyususpi otak remaja indonesia dengan Iklan, Promosi dan Sponsor Rokok. Dalam kesmepatan terbatas saya dan beberapa rekan blogger datang untuk sharing tentang hal ini lebih dalam. Terutama tentang bagaimana Industri rokok meracuni Remaja kita dengan memunculkan image keren, maskulin, dan paling top didalam pembuatan iklan rokok sehingga anak anak berfikir jika dia mau keren ya ngerokok aja.


            Rokok seperti yang kita tahu mengandung zat berbahaya salah satunya nikotin. Nikotin yang masuk ke tubuh secara terus menerus akan menstimulasi otak untuk meminta nikotin dalam jumlah lebih banyak sehingga lama kelamaan rokok yang kita konsumsi akan semakin meningkat dan meningkat. Padahal kenyataannya manusia hanya mampu menghisap 6 bungkus rokok sehari sehingga ketika kebutuhan akan nikotinnya semakin bertambah dan tidak terpenuhi maka mereka akan berpikir untuk beralih pada candu yang lebih tinggi tingkatannya yakni NARKOBA.

perwakilan dari Kementrian kesehatan dan tim ISFA
            Berkaitan dengan Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh pada 31 Mei 2016 maka kemenkes kembali mengajak seluruh lapisan masyarakat indonesia untuk bersama sama memerangi Rokok. Terutamanya mengawasi tindakan curang yang dilakukan oleh Produsen rokok yang sampai saat ini masih di tengarai melakukan pelanggaran terhadap Perda dan PP tentang tembakau. Seperti penuturan salah satu tim ISFA bahwasanya masih banyak perusahaan yang secara terang terangan menggunakan acara konser anak muda sebagai ajang mencari pelanggan. Mereka tertangkap tangan memberikan gimmick dan hadiah Cuma Cuma jika membeli rokok pada acara tersebut. Padahal jelas dalam PP no 109 Tahun 2012 pasal 35 bahwa promosi yang dilakukan dengan tidak memberikan secara Cuma Cuma, potongan harga, hadiah produk tembakau, atau produk lainnya yang dikaitkan dengan produk tembakau.

            Dan masih banyak lagi pelanggaran yang dilakukan oleh produsen Rokok demi melancarkan aksinya menggaet perokok lebih banyak. Miris sekali.

            

4 komentar:

  1. Alhamdulillah sampai saat ini gue belum kecanduan rokok, dulu pernah nyobain sih belum habus sebatang udah batuk batuk kareba asapnya ketelen :( #WahyuAmatir

    Disisi lain industri rokok memang jelek bagi kesehatan, namun di sektor pajak lumayan menguntungkan lho bagi sektor perpajakan indonesia. Sampoerna aja sampe 67 triliun buat bayar pajak doang. Huff. Dilema.

    BalasHapus
  2. Saya termasuk salah seorang yang tidak tahan terhadap asap rokok. Lama-lama menghirup asap rokok di dekat seorang perokok akan membuat saya mual dan pusing. Itulah mengapa suka kesel kalau naik kendaraan umum bertemu dengan orang yang merokok. Misalnya di angkot. Kalau sudah begitu biasanya saya yang mengalah turun duluan

    BalasHapus
  3. Ehmm rokok sama hal2 yg mengelilinginya saling gak sinkron, semoga para perokok klo belum bisa berhenti lebih bijak utk erokok ditempat umum

    BalasHapus
  4. Yuk berhenti merokok, yuk?! Kalau merasa susah itu mah sugesti kok. Saya bisa berhenti merokok pdhl orang tahu saya perokok berat kala itu.

    BalasHapus

Windah Saputro. Diberdayakan oleh Blogger.