Kemarin Rabu, 25 Mei 2016
saya mendapat kesempatan langka bertemu designer kondang Hannie Hanananto yang
dijembatani oleh suatu komunitas blogger yang sedang berkembang yakni D’Crony. Sesuai
jadwal, jam 2 siang saya sudah nangkring cantik di Resto Ngalam bersama
beberapa teman lainnya. Berhubung saya belum kenal beliau, dalam hati saya
bertanya tanya seperti apa beliau gerangan. Mengingat kiprahnya didunia Designer
saya jadi mengira bahwa Hannie Hannto yang saya temui nanti adalah wanita
dengan pakaian yang belibet dan ribet ala Desaigner pada umumnya.
Dan begitu dia datang,
Walaaa, sosoknya sangat jauh dengan yang saya pikirkan. Pakaiannya sederhana
dengan warna dominan hitam dan putih, jilbabnya juga tidak belibet dan orangnya
begitu humble dan ceria.
Dari Arsitek jadi Desainer
Meski
sudah mulai berkembang sejak 2015 lalu, trend fashion Muslim belum juga surut
dan malah semakin berkembang. Banyak desainer yang mulai go internasional
mengenalkan karyanya melalui ajang fashion show yang diadakan di luar negeri. Hal
ini pula yang dilakukan Hannie Hananto yang kebetulan baru saja pulang dari Turki
Muslim Festival 2016.
Melalui
lini busana Anemone, wanita 44 tahun ini menjajaki dunia fashion muslim
indonesia dari nol. Siapa sangka, berawal dari keikutsertaannya pada kompetisi
desain yang diadakan oleh media cetak di tahun 2003 lalu yang kemudian meraih
juara dua kini ia masuk kedalam jajaran Desainer kondang sekelas Dian Pelangi.
Mungkin banyak yang bertanya
kenapa Hannie Hananto mengusung tema hitam dan putih dari desain pakaian
miliknya. Apakah karna suka ? ternyata bukan karna itu lho. Melainkan karna
basic dari pendidikan Hannie Hananto yang seorang Arsitek
Saya sendiri agak
terkejut mengetahui bahwa seorang arsitek mampu membuat pakaian yang secantik
karya Hannie Hananto. Meski sama sama menggandalkan skill menggambar, tetapi membuat
sebuah pakaian yang detil dan mengandung ciri khas si desainer sungguhlah
membutuhkan talenta dan inilah yang dimiliki Hannie Hananto.
Oh iya, ibu dua anak ini
sudah melanglang buana membawa pakaian yang ia desain hingga ke amerika dan
eropa lho. Salah satu kunci kesuksesan Hannie Hananto adalah dukungan suaminya
yang selalu mendorong mengasah bakat yang dimilikinya serta rela menyisihkan
waktunya untuk membantu bahkan mengerjakan pekerjaan berat seperti memasang
tenda bazzar dan lainnya. Waw banget yaa...
Tidak Bisa Menghindari Plagiat
Sebal
memang jika karya kita yang susah payah kita buat akhirnya diaku oleh orang
lain, hal tersebut juga turut dirasakan Hannie Hananto lho. Meski awalnya sebal
tetapi makin lama dirinya makin berfikir positif saja. Bagi Hannie, plagiat
tidak dapat dihentikan apalagi setelah karyanya makin dikenal dan masuk
beberapa media. Semakin banyak yang melihat, semakin banyak yang ingin memiliki
maka semakin banyak permintaan terhadap pakaiannya dan semakin banyak pula lah
orang yang ingin mengambil keuntungan dari hal tersebut dengan cara mencontek
karya miliknya. Tapi ya namnya mencontek, pastilah ga akan pernah sama persis. Ini
lah kemudian yang membuat Hannie makin terangsang untuk terus membuat karya
baru yang makin bagus, makin otentik dan makin sulit ditiru oleh orang lain.
Dalam
sebulan Hannie dapat mengeluarkan hingga 6 desain baru sesuai dengan musim yang
sedang berlangsung. Dan tiap modelnya hanya diproduksi dengan jumlah terbatas
sehingga kesan esklusif tidak hilang dari pakaian pakaian karyanya.
Tak terasa satu jam sudah
perbincangan kami sore itu, pengennya sih lebih lama lagi tapi apa daya
jadwalnya yang padat harus kembali bekerja terlebih esok harinya ada pergelaran
busana miliknya di ajang Muslim Fashion Festival, MUFFEST 2016.
Rasanya kurang yah cuma ngobrol satu jam sama mba Hannie..
BalasHapusKeren ya dalam satu bulan bisa mengeluarkan 6 desain terbaru :)
BalasHapus