Nyamuk yang paling cepat berkembang di Dunia adalah nyamuk
Aedes Spp yang mampu menularkan virus penyakit Dengue. Nyamuk ini bahkan dapat
menulari hampir 390 juta orang tiap tahunnya, dan tercatat 129.179 orang di 34
provinsi di Indonesia terkena Demam Berdarah Dengue (DBD) serta 1.240 orang
diantaranya meninggal dunia.
Jelas kondisi ini mengkhawatirkan banyak pihak terutamanya
Kementrian Kesehatan yang kemudian berinisiatif melakukan gerakan 1 Rumah 1
Jumantik. Gerakan ini merupakan program pemberantasan nyamuk dengan mengajak masyarakat
untuk turut bergerak mencegah perkembang biakan nyamuk khususnya nyamuk Aedes
Spp.
Direktur Jendral
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dr. H. Mohamad Subuh, MPPM mengatakan bahwa gerakan 1 rumah 1
jumantik ini bertujuan untuk menurunkan angka penderita dan angka kematian yang
disebabkan oleh DBD dengan meningkatkan peran serta masyarakat berbasis keluarga
untuk melakukan pencegahan.
Mungkin ada yang bingung, apa itu Jumantik ? jumantik adalah
Juru Pemantau Jentik, yang merupakan anggota masyarakat yang dilatih oleh
puskesmas setempat untuk memantau keberadaan dan perkembangan nyamuk guna
mengendalikan penyakit DBD di suatu daerah melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk
dengan cara 3M Plus.
Kalo dulu kita dengar 3M adalah Menguras, Menutup dan
Mengubur, saat ini 3M telah diperbarui menjadi 3M Plus dimana ata Mengubur
sudah tidak digunakan lagi sebab masyarakat akan kesulitan mengubur barang
bekas yang besar seperti ban atau tong sehingga diputuskan untuk menggantinya
menjadi Memanfaatkan barang bekas Plus mencegah Gigitan Nyamuk.
Salah satu Daerah yang sukses menggalakkan Program 1 Rumah 1
Jumantik adalah Tangerang Selatan. Dimana menurut Walikota Tangerang Selatan
Hj. Airin Rachmi Diany, SH, MH bahwa kesuksesan progam ini diwilayahnya karna partisipasi
seluruh warganya serta pemantauan yang berkala melalui relawan relawan Jumantik
yang ada di 3 RW di daerahnya.
Program ini juga didukung oleh program lainnya seperti
penanaman tumbuhan pengusir nyamuk, sosialisasi 3M PLUS pada orang tua dan
siswa dengan harapan mereka saling mengingatkan saat berada di rumah untuk
terus menjaga dan menerapkan 3M Plus ini.
Seperti yang kita tahu, Indonesia masuk kedalam wilayah
endemis virus Dengue, dimana perkembangan virus ini berbanding lurus dengan
besarnya perkembangbiakan nyamuk Aedes Spp itu sendiri. Maka kitatidak hanya
perlu waspada terhadap perkembang biakan nyamuknya tetapi juga mengenali gejala
dari penyakitnya.
Seperti yang dikatakan Prof. Dr. dr. Sri Rejeki Hadinegoro,
Sp.A(K) bahwa pasien DBD yang datang terlambat merupakan penyebab dari
kematian. Oleh sebab itu Ketua Indonesia Technical Advisory Group on
Immunization (ITAGI) menambahkan bahwa kita harus tahu apa saja gejala awal
yang terjadi pada seseorang yang mengidap penyakit DBD.

Gejala awal yang umum adalah demam tinggi, nyeri kepala,
pendarahan pada kulit, mimisan, dan nyeri pada otot serta persendian. Pada anak
biasanya terjadi mual dan muntah sehingga tidak mau makan. Jika hal ini tidak
segera d tanggulangi maka akan menyebabkan shock dan pendarahan pada saluran
cerna. Penting untuk kita para ibu mengamati demam yang diderita anak atau
keluarga kita, jika dalam 3 hari demam tidak turun ada baiknya langsung di bawa
ketenaga kesehatan yang terdekat.
Bagi saya sendiri DBD memang momok yang menyeramkan, di
komplek perumahan sudah beberapa orang terkena DBD dan setiap kali itu terjadi
saya pasti langsung memboyong keluarga mengungsi karna bisa jadi nyamuk belang
ini berkeliaran di sekitar rumah. Maka selama keluarga lainnya mengungsi saya
akan mulai membersihkan rumah, menyisir tempat berkembang biak nyamuk seperti
dinding yang lembab, lemari pakaian, bak bak penampungan air. Semua tempat yang
dicurigai menjadi tempat telur telur nyamuk bersarang harus di bersihkan. Selain
itu juga penting untuk memberikan abate pada air saat ada tetangga yang terkena
DBD.
Untungnya kini mencari informasi mengenai DBD sudah sangat
mudah, apalagi Kementrian Kesehatan bersama Sanofi Group Indonesia juga
meluncurkan portal informasi tentang DBD yakni Dengue Buzz Barometer pada ASEAN
Denge Day yang jatuh pada 15 Juni 2016 yang lalu. Portal edukasi ini memberikan
informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat secara umum terhadap Dengue.
Inisiatif pembuatan portal ini diprakarsai oleh Asian Dengue
Vaccine Advocacy, dimana masyarakat diajak belajar tentang dengue dengan cara
yang mudah dan menyenangkan salah satunya dengan mengikuti kuis online seputar
dengue. Selain itu portal ini juga memberikan informasi kegiatan yang dlakukan
di Negara Negara ASEAn terkait peringatan ASEAN Dengue Day ini.
Tulisan Ini adalah opini pribadi dan didukung oleh Sanofi
Group Indonesia
#demamberdarahdengue #ASEANDengueDay
#demamberdarahdengue #ASEANDengueDay
nyamuk sekarang ganas dan nekad mbak
BalasHapusapalagi nyamuk surabaya...
kita hrs preventif dari hal yg sekecil2nya