Dibagian kehidupan kita, mencintai orang orang terdahulu yang
telah berjasa dalam hidup kita sama pentingnya dengan mencintai orang lain
dimasa sekarang. Sayangnya hanya segelintir orang Indonesia yang seperti itu,
hanya beberapa orang saja yang mencintai orang yang berjasa dalam hidupnya
terutama yang memiliki sebutan PAHLAWAN.
Bahkan tak jarang mereka mengaku cinta, ditanya apakah kamu
cinta pada tanah air ? “Cintaaaaa”, apakah kamu menyayangi para pahlawan yang
telah berjasa mengusir penjajah ? “sayaaaaang” nah kalo gitu sebutin siapa
pahlawan dari aceh ? “........” yang
tadinya koor lantang mendadak sunyi. Asik bisik bisik, garuk garuk kepala dan
bingung. Iya apa iya ?
Bahkan sekarang anak muda lebih tau siapa itu Avril Lavigne
dibanding Cut Nyak Dien. Lebih paham tarian gangnam style dibanding tari Saman.
Tapi gak bisa sepenuhnya disalahkan juga sih mereka gak suka sama sejarah.
Sebab saat pelajaran sejarah di kelas kita cuma dikasih tumpukan buku buat
dibaca dan dibikin makalah, kita disuruh ngapalin puluhan bahkan ratusan nama
pahlawan tanpa pernah kita diajak kenalan satu satu dengan mereka. Nama
pahlawan itu dijejalkan sekaligus, disebutkan jabatannya, kisah perjuangannya,
lalu dibuat bahan untuk ujiannya. Murid gak dikasih kesempatan buat cinta sama
pahlawannya dengan kenalan, mengenal kisahnya dengan baik, atau mengenal
kerasnya perjuangannya saat melawan penjajah.
Meski begitu, kita bisa kok mulai mencintai pahlawan kita,
banyak sekali caranya misalnya dengan membaca buku buku sejarah, melalui film
film dokumenter, atau yang paling menyenangkan adalah melalui edutaiment yang
terbalut dalam drama musikal.
Oh iya, 19-20 November ini ada Drama Musikal Khatulistiwa
loh, pertunjukan ini bisa menjadi salah satu cara untuk lebih mengenal pahlawan
kita. Drama musikal yang diselenggarakan oleh yayasan Zig Zag Indonesia bersama
Josodirjo Foundation ini nantinya bakal menampilkan 100 pelakon yang nantinya
akan memerankan tokoh pahlawan yang akan menari dan bernyanyi diatas pentas.
Presiden Asep Sedunia yang juga menjadi sejarahwan dibalik
hajat besar ini menegaskan bahwa mencintai pahlawan adalah dengan mengenalnya
dan tahu perjuangannya, melalui Drama Musikal Khatulistiwa kita akan diajak
mencintai pahlawan tanpa terkesan berat dan menggurui.
Selain kang Asep, ada juga beberapa pihak yang ikut sibuk
mempersiapkan kegiatan sosial ini diantaranya perancang busana, pelatih
theater, pelatih koreo serta komposer. Saat kami para blogger hadir di Behind
the Scene Khatulistiwa, kami diajak melihat bagaimana para pemeran berlatih
sebagaimana diatas panggung yang sesungguhnya. Selain itu ada juga sesi coaching
dimana para mentor berbagi suka dan duka yang dihadapi selama beberapa bulan
berlatih dan mempersiapkan pagelaran besar ini.
Misalnya saja Mas Aguste, desainer yang merancang pakaian
untuk 100 pewatak di drama ini. Perancang busana yang masih sangat muda ini
menuturkan tantangan terbesarnya dalam mendesain pakaian untuk tokoh yang ada
di dalam drama ini adalah dia harus memikirkan desain pakaian yang mudah
dilepas dan dipasang. Menurutnya, durasi melepas pakaian yang ideal untuk
penampilan panggung ini tidak lebih dari 7 detik, jadi dia menghindari detil
kancing pada pakaiannya. Masalah besar lainnya adalah tidak adanya arsip
tertulis mengenai mode pakaian pada jaman penjajahan dahulu membuat mas Aguste
kesusahan dalam membuat pakaian tersebut, ditambah lagi ini kali pertama beliau
membuat pakaian untuk acara panggung dimana sebelumnya dia hanya desainer pakaian
sehari hari saja.
Lain lagi ceritanya dengan komposer dibalik acara ini, dimana
kak Ino dituntut menciptakan musik dan segala turunannya menjadi nyaman dan
ramah d telinga pendengarnya. Kak Ino yang merupakan komposer dari beberapa
artis tanah air ini mengaku excited berada dibalik pagelaran seni musikal yang
kental akan nuansa historis ini.
Saya yang malam itu menghabiskan waktu dengan duduk dibangku
penonton hanya bisa merinding dan berdecak kagum sama sesi latihan drama
musikal Khatulistiwa malam itu. Meski judulnya sesi latihan, tapi mereka sama
sekali tak mengabaikan detil apapun dari apa yang seharusnya mereka tampilkan. yang
terpenting, diantara pelakon ini ada beberapa anak kecil yang ikut serta ambil
bagian, dan yang mengagumkan dia tidak terlihat canggung atau bermain main
dalam memerankan perannya. Hal ini tentunya tidak luput dari didikan mentor
seni theater yakni mas Aji.
Kalo boleh menilai, saya akan memberi 8,5 dari angka 10. Ini drama
musikal pertama yang membuat saya merinding padahal baru sesi latihan. Dan mungkin
akan menjadi 9,5 dari 10 kalau saya menonton penampilan mereka sepanjang 2,5
jam di Taman Ismail Marzuki di tanggal 19-20 November nanti. Semoga saja ya,
doakan saya bisa beli tiketnya di M-tix, buat kamu yang butuh hiburan segar dan
penuh ilmu, jangan segan untuk menonton ini. Jangan lupa ajak anak anak
dirumah, biar mereka lebih mengenal pahlawannya dan mencintai mereka dengan
sebenar benarnya cinta sehingga tidak gelagapan jika ditanya siapa pahlawan di
uang 20.000.
Belajar sejarah kalau dikemas kayak gini gak bikin ngantuk ya :)
BalasHapusmelihat behind the scene seperti ini, baru tau ya kerja keras di balik sebuah pementasan.
BalasHapusDrama musikal terakhir yg aku tonton yaitu drama musikal laskar pelangi. Menurutku drama musikal emang selalu keren apalagi ada kombinasi musik dan drama panggung. Keren..
BalasHapusWah inovasi keren nih. Iya bener, harus dibikin menarik yah, biar banyak masyarakat yg kenal sama pahlawan kita
BalasHapusseru juga bsa nonton latihannya...
BalasHapusabis itu menghayal bakalan seperti apa pementasannya..
seru pastinya ya
Nah, belajar ttg sejarah kalau pakai yg bginian mah jdnya seru ya ga bosen hihi...
BalasHapus