Dulu, saat pertama kali punya
anak, saya punya kekhawatiran bahwa saya akan mengalami kesulitan untuk pulang kampung
terutama ketika harus naik pesawat. Jujur, berita tentang anak jadi autis karna
naik pesawat hampir bikin saya janji ogah bawa anak naik pesawat sebelum
dewasa. Meski pada akhirnya hal yang kayak gitu gak kejadian karena edukasi
tentang keamanan membawa anak di pesawat sudah banyak beredar.
Balik lagi ngomongin mudik, tiap tahun
kita gak bisa lepas dengan tradisi ini mengingat banyak sekali masyarakat
perantau yang bermukim disatu tempat sementara kampung halamannya ada di tempat
lain. Ada 2 jenis pemudik yang digolongkan berdasarkan angkutan yakni pemudik dengan
angkutan umum dan pemudik dengan angkutan pribadi.
Ditahun 2016 saja setidaknya ada
17.6 juta pemudik menurut data dari Kementrian Perhubungan, dan jumlah ini bisa
lebih besar lagi di tahun 2017 atau malah lebih kecil mengingat perekonomian
masyarakat kita sedang di tohok dari berbagai sisi seperti peningkatan tariff listrik
dan lainnya. Namun yang pasti, pemudik dengan kendaraan pribadi akan jauh lebih
banyak karena ada angka yang penjualan kendaraan yang terus meningkat dan
diprediksi akan terus meningkat seiring dengan dekatnya hari besar Idul Fitri.
Meski begitu, pemudik dengan
kendaraan umum juga tak kalah banyaknya karena pada H-30 saja tiket kereta api
untuk menjelang Lebaran sudah full booked dan PT. KAI kini menyediakan kereta
tambahan lebaran. Selain kereta, moda transportasi yang diminati lainnya adalah
bus dan pesawat. Prediksi dari Dirjen Perhubungan Udara Kementrian Perhubungan
Agus Santoso mengatakan bahwa tahun 2017 ada setidaknya 5,5 juta orang yang
akan menggunakan pesawat pada arus mudik nanti. Angka ini naik 9.75% dari tahun
kemarin.
Melihat antusiasme ini saya
sebagai salah satu sobat Aviasi merasa senang karena semakin banyak orang yang bisa
menikmati fasilitas pesawat yang artinya waktu mereka untuk berkumpul bersama
sanak family di kampUng semakin banyak. Oh iya, sebagai orang tua baru, mungkin
banyak teman teman yang akan kesulitan mengajak anak terutama yang masih balita
atau batita untuk mudik menggunakan pesawat. Tapi tenang, saya punya tips nih
buat mengurangi kegelisahan hati para ibu dan ayah
Tips Mudik Dengan Pesawat Bersama Balita
- Pernah denger kan pasti tentang informasi bahwa anak bisa mengalami autis karena naik pesawat ? nah, ini tuh merupakan satu informasi yang salah dan menyimpang. Sebetulnya membawa anak naik pesawat insyaallah aman, yang mungkin akan terjadi adalah gangguan pendengaran akibat tekanan udara baik saat landing maupun take off. Hal ini juga gak menjadi masalah yang serius kok, sama seperti orang dewasa, anak anak juga akan mengalami hal ini. Tetapi, ada solusi mudah agar mereka tidak rewel karena masalah ini yakni dengan membiarkan anak tetap mengunyah saat take off atau landing. Kita bisa memberinya biscuit atau menyusuinya, atau bisa juga mengenakan earpuff yang kedap sehingga tekanan udara tidak berpengaruh baginya
- Bawakan mainan kesukaan anak anak, meski perjalanan pesawat hanya memakan waktu beberapa jam saja, memastikan mereka nyaman dan gak rewel adalah keharusan bagi kita. Isi waktu luang dengan bermain mainan kesukaannya ataupun permainan yang sederhana seperti tebak tebakan atau menebak bentuk.
- Siapkan kebutuhannya, pastikan kondisinya prima. Naik pesawat tentu berbeda dengan naik mendaraan umum lainnya dimana kita bisa leluasa bergerak. Saat dipesawat terutama pesawat yang ekonomi mungkin kita akan sedikit kesulitan menggerakkan badan karena sempitnya area gerak kita. Jadi kita harus memastikan anak mendapat prioritas utama dalam hal kenyamanan dengan kondisinya yang prima saat dalam perjalanan. Jika anak anak memiliki riwayat mabuk udara, berilah ia suplemen untuk mencegahnya mengalami hal tersebut, pastikan popoknya selalu bersih dan pakaipan pakaian yang simple dan nyaman baginya.
- Untuk orang tua, jangan terlalu membawa barang berlebihan karena selain menambah biaya bagasi, perhatian kita akan terpecah pada barang bawaan dan anak. Itu bisa membuat kita menjadi tidak nyaman.
Sekiranya itu tips yang bisa saya
informasikan sehubungan dengan pengalaman saya mudik dengan Abhirama, yang
terpenting adalah jangan memaksakan diri ya gaes. Kalo dirasa gak mampu atau
anak gak diijinkan untuk terbang ya jangan dipaksain. Mudik itu memang salah
satu tradisi yang merekatkan hubungan kita dengan keluarga meski berjauhan
tetapi juga bukan alasan untuk nekat dan memaksakan diri apabila belum diberi
kesempatan. Insyaallah ada kesempatan ditahun depan dan tahun depan dan tahun
berikutnya lagi. Sebagai #SobatAviasi yang tergabung dalam komunitas yang
dibentuk oleh Direktorat Jendral Perhubungan Udara Kementrian Perhubungan, saya
ingin kita semua turut andil dalam menjaga keamanan, keselamatan dan kenyamanan dalam
berkendara. Jangan lupa selalu berdoa ya, salam buat keluarga dikampung.
Mudik bersama balita emang harus sangat diperhatikan yah, terutama barang bawaan hehe
BalasHapusamiin, makasih tips nya Windah, untung sekarang anak anak udah besar, jadi udah ga serepot dulu
BalasHapusAku juga mudik nih, tp jalur darat aja.
BalasHapusTp ttep aih harus prepare, apalgi arus mudik selalu bikin macet kronis.
Wah penting banget perhatikan tips2 ini bila mudik bawa balita
BalasHapusKampung halamannya dimana mbak?
BalasHapusOhhh penutup kuping itu namanya earpuff ya
Mudik naik pesawat enak cepat sampai ya. Jika semua mematuhi peraturan pasti mudik dengan pesawat udara jadi lancar.
BalasHapusBisa diterapkan nanti ..
BalasHapusbtw ,ane aja belum pernah naik pesawat :D
Nah, pengalaman saya nih mudik naik pesawat bawa bayi. Pertama kali mudik bawa bayi itu tahun 2011. Nggak tanggung-tanggung, dua bayi sekaligus! Anak pertama baru 15 bulan, anak kedua 4 bulan. Yang bikin repot itu sama pramugrari kami dipisah, nggak bisa duduk sejalur. Aturan keselamatan mengharuskan begitu sih. Jadilah anak lanang sama saya, adiknya sama ibunya di kursi belakang terpisah beberapa baris. Untung anak saya tidur pas take off, bangun-bangun udah landing. Adiknya pun nggak rewel karena ngempeng terus :D
BalasHapusMemang mudik sudah menjadi tradisi, ada rasa hampa jika tidak mudik bagi perantau seperti saya yang tak punya sanak saudara di Jakarta.
BalasHapusSaya ga pernah mudik... Pasti seru ya, apalagi bawa balita
BalasHapusAku pernah bawa balita naik pesawat tanpa ayahnya pulak, dan sebelum berangkat tetiba dia demam huhuhu. Mau ninggal ga tega, akhirnya tetep berangkat sambil degdegan ��
BalasHapusWah... baru tahu mitos autis ini. Memang belum pernah terbang bersama anak. kayaknya perlu sekali-dua diagendakan, nih. APalagi tiket pesawat sekarang sudah gak mahal lagi, ya.
BalasHapusMudik dengan bawa balita memang butuh tenaga dan ketelitian ekstra. Bukan hanya saat take of dan landing tetapi juga saat duduk di kursi. Mereka biasa bebas eksplore tiba-tiba harus anteng.
BalasHapusduh sayangnya belum pernah bawa balita naek pesawat nih.. mudah2an bisa segera bawa :-)
BalasHapus