Rabu, 06 Desember 2017

Dana Desa : Manfaat serta Sosok Inspiratif di Baliknya

Pak Jokowi gimana sih, jalanan desaku jelek gak dibenerin, listrik mahal, eh malah sekarang sibuk bangun jalan tol.

Komentar negatif semacam ini sudah sering saya dengar dari teman di sosial media, bahkan beberapa dari mereka adalah teman saya dari lingkup Blogger. Saya bukanlah orang yang melek politik, bukan juga seseorang yang hobi mengomentari apa yang saya gak tahu, tapi jujur, saya juga sempat kepikiran hal yang serupa. Sampai suatu hari saya melihat sebuah banner bertuliskan "Mari Kawal Penggunaan Dana Desa, Jadilah Pendamping Desa". Karena kepo tingkat akut, akhirnya saya searching tentang apa itu dana desa, apa manfaat dana desa hingga pertanyaan tentang Menteri desa PDTT yang kini tengah menjabat yakni Eko Sandjojo.

Dana Desa



Diputuskan sebagai dana untuk membangun desa pada tahun 2014 sesuai dengan UU Desa, dana desa yang sudah berjalan 3 tahun ini memang tidak terlalu terdengar gaungnya karena kebanyakan masyarakat yang dibantu adalah desa yang tertinggal dan berkembang yang rata rata jarang terjamah sosial media.

Di Indonesia, ada total 74.754 desa yang terbagi menjadi 4 kategori yakni desa tertinggal, desa berkembang, desa maju dan juga desa mandiri. Dari semua kategori desa tersebut, kita punya PR besar untuk desa tertinggal dan juga berkembang.


Sejak tahun 2014, presiden kita Bapak Joko Widodo telah menggelontorkan sejumlah dana yang digunakan untuk pembangunan desa tersebut. Di tahun pertamanya, dana yang terserap tidak sampai 50%, namun Pak Jokowi tidak gentar, beliau yakin bahwa pada tahun 2019 setidaknya semua desa di Indonesia telah menjadi desa berkembang.


Bagi yang masih bingung, mari saya jelaskan kembali tentang fungsi dari Dana Desa yaw. Sejak di tetapkan UU Desa, Bapak Jokowi menggelontorkan 20,76 Triliun Rupiah di tahun 2015. Dana ini digunakan untuk membangun 74.754 desa di Indonesia yang mencakup banyak hal diantaranya pembangunan

  • Jalan Desa
  • Embung Desa
  • Pasar Desa
  • Jembatan
  • Jembatan Perahu
  • Penahan Tanah
  • Sumur
  • MCK 
  • Drainase
  • BUMDesa


Pada tahun 2016, dana desa yang diberikan semakin meningkat yakni 46.98 Triliun, dan 60 triliun di tahun 2017.

Dari sekian triliun yang diberikan Presiden dan dikelola oleh Kementerian Desa PDTT, baru di tahun 2017 ini penyerapan nya tembus hingga 90%. Hal ini disebabkan oleh gigihnya Menteri Desa PDTT kita yakni Eko Putri Sandjojo dalam menuntun perangkat desa untuk mengelola dana desa dengan baik. Sehingga pada tahun 2016 saja sudah terdata 1.800 Pasar Desa yang terbentuk, 1.800 unit Penahan Tanah dibangun, membangun 511 Km jembatan, 66.800 km jalan desa, 37.300 MCK, dan masih banyak lagi pembangunan yang lainnya.


Pemanfaatan dana desa ini dinilai tepat sasaran jika dilihat dari hasil yang diperoleh yakni ada kurang lebih 7% desa tertinggal yang berubah menjadi desa berkembang. Selain fasilitas umum, yang lain yang juga dikembangkan adalah BUMDes, yakni Badan Usaha desa yang membantu pemberian dana bagi masyarakat yang membutuhkan modal usaha. Selain itu, BUMDes juga membantu menyalurkan hasil usaha yang dimiliki oleh warga desa sehingga perekonomian desa berputar dan stabil.


Tujuan dari Dana desa ini tentu untuk mengentaskan kesenjangan yang terjadi antara wilayah kota dan juga desa sesuai dengan Nawacita yang dijanjikan oleh Bapak Presiden dan juga Wakil Presiden. Diharapkan dengan berkembangnya desa desa yang ada di Indonesia, maka tidak ada lagi penumpukan penduduk di satu titik saja serta hadirnya kemakmuran bagi semua rakyat Indonesia.


Di tahun 2018 misalnya, ada wacana untuk mengalirkan dana sebesar 30% dari total dana desa untuk tujuan padat karya. Hal ini dilakukan mengingat sudah 3 tahun dana desa berjalan namun angka kemiskinan dan kesenjangan sosial enggan meningkat secara signifikan. Sebabnya yakni karena serapan dana desa lebih kepada infrastruktur desa saja, oleh sebab itu, di tahun 2018, dana desa akan dikucurkan juga untuk mengupah warga desa sebagai pekerja dan ambil bagian dari pembangunan dana desa. Selain itu, pengurangan penggunaan pihak ke 3 juga dilakukan dengan harapan yang membangun desa nantinya adalah masyarakat desanya sendiri, bukan kontraktor dari luar desa yang sekedar membangun saja.


Bapak Eko Sandjojo juga mengatakan, fokus lainnya adalah pada usaha untuk mengembangkan desa berdasarkan keunikannya masing masing. Misalnya saja desa desa yang ada di Halmahera, dimana Kemendesa PDTT berkerjasama dengan kementerian pertanian menghibahkan traktor, pupuk, bibit dan lainnya untuk meningkatkan produksi jagung yang menjadi komoditi dari Halmahera sehingga desa ini punya produk unggulan yang akhirnya bisa dijadikan pasokan bahan pangan untuk Indonesia. Tidak hanya pertanian, contoh yang lain adalah Bantul yang disulap menjadi desa wisata sehingga diharapkan mampu menarik wisatawan.


Embung juga menjadi salah satu fasilitas desa yang nantinya diharapkan dimiliki oleh setiap desa. Fungsi dari embung desa yakni sebagai pusat drainase, air bersih, dan lokasi pengembangan bibit ikan yang ikannya bisa diberikan pada penduduk yang kurang mampu demi mencegah kekurangan gizi.

Menjajaki Desa Wisata



Kata orang, no picture sama dengan Hoax. Tapi buat kami para blogger, tidak menyaksikan langsung adalah hoax. Hehehe. Itulah mengapa kemudian dalam sebuah kesempatan yang langka, saya dan 9 Blogger Ibukota diajak sowan langsung mengunjungi satu desa yang berkembang berkat dana desa. Desa ini bernama Kampoeng Materaman yang berada di wilayah Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ngapain aja kesana?




Selain menghadiri acara Rembug Desa Nasional 2017 yang dihadiri oleh bupati dan tamu dari seluruh wilayah Indonesia, kegiatan kami adalah meninjau langsung apa saja yang telah dihasilkan dari sebuah desa yang dulunya merupakan wilayah kumuh sebab banyak sampah yang dibuang disini.




Hasil kerajinan yang dibantu BUMDes 

Kampoeng Materaman berada dalam teritori Bupati Bantul yang juga hadir pada acara Rembug Desa Nasional 2017 tersebut disulap menjadi salah satu desa wisata dengan Saung serta dapur tradisional yang diharapkan mampu menarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Konsepnya yang mempertahankan asrinya desa dengan jembatan bambu, selasar atau pendopo beralaskan jerami serta saung saung yang cukup besar di sebelah sawah. Disandingkan dengan kebun holtikultura dan tanaman sayur yang diletakkan dalam pot pot daur ulang, Kampoeng Materaman menjadi salah satu tempat wisata yang perlu dikunjungi.

Hanya selemparan batu dari Jogjakarta, Kampoeng Materaman diharapkan bisa menjadi salah satu desa yang ngehits dengan wisatanya seperti desa tetangga yang lebih dulu hits yakni Desa Umbul Ponggok.

Dibalik Suksesnya Dana Desa


Menjejakkan kaki di Bantul, tepatnya di desa Panggungharjo membuat saya memberikan tepuk tangan yang berulang terhadap kinerja orang orang dibalik Dana Desa ini.


Adalah Bapak Eko Putro Sandjojo, BSEE, M.BA yang merupakan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia yang menjabat sejak 27 Juli 2016. Beliau adalah salah satu yang menjadi otak dari program dana desa ini. 4 Program prioritas seperti BUMDes, Produk Unggulan Kawasan Pedesaan, Embung dan Sarana Olahraga merupakan hasil dari buah pikiran beliau. Tak banyak yang tahu, bahwa pria 52 tahun ini telah mengunjungi satu demi satu desa yang ada di ujung timur hingga barat Indonesia demi meninjau kemerataan ekonomi dan sosial di desa desa di Indonesia.

Manfaat dana desa yang dirasakan oleh masyarakat dikelola dengan sangat baik oleh Kemendesa PDTT, bahkan saat isu korupsi dana desa merebak, Bapak Eko langsung mengambil sikap dengan menggandeng KPK untuk berkerjasama dalam mencari dan mengadili oknum nakal yang menggerogoti uang rakyat.


Setelah bertemu dengan beliau secara langsung, saya jadi teringat pada Ibu Susi, salah satu Menteri yang menjadi favorit saya saat ini. Sikap Bapak Eko yang tegas serta lugas membuat saya menyandingkannya dengan Ibu Susi. Jelas Indonesia punya Menteri yang kompeten di bidangnya, namun sayang, yang begini justru jarang dilihat media. Padahal kinerja baiknya bisa menjadi contoh bagi Menteri yang lain, supaya Nawacita yang di Impikan Bapak Joko Widodo dapat terwujud di 5 tahun kepemimpinannya. 

0 comments:

Posting Komentar

Windah Saputro. Diberdayakan oleh Blogger.