"Ini kok jomplang ya, emaknya gendul eh anaknya kerempeng. Makanya kalo makan mbok ya bagi bagi sama anaknya"
Percakapan satu arah itu terjadi begitu saja di teras rumah saat saya hendak mengantar Abhirama sekolah. Saya tahu itu hanya candaan serta basa basi, tapi kok nyelekit banget ya. Huhuhu
Pembahasan soal anak ini sebetulnya bukan satu, dua kali terjadi. Sebab saya sudah sering banget dikritik yang ujung ujungnya curhat di blog ini. Kalo saya bisa menjejalkan semua makanan yang seharusnya sama makan pun saya rela, asal itu bikin badannya gemuk dan sehat. Nyatanya Abhi tetap saja ceking, gak berlemak macam tubuh saya. Kalo begini, saya selalu jadi bulan bulanan orang lain, bahan candaan yang gak pernah selesai. Aku kudu piye?
5 Pengasuhan Gizi yang Salah
Saya mengerti pasti ada yang salah dengan apa yang saya lakukan pada Abhirama. Sangat mengerti sekali. Namun sayangnya saya gak tahu, salahnya di mana? Apakah salah ketika dia masih bayi dulu, atau justru ketika sekarang sudah balita.
Ketidaktahuan saya ini nampaknya dirasakan oleh orang tua lain. Itu mengapa dalam Gathering dengan Halodoc pada 13 April lalu, kami para orang tua tekun menyimak apa yang dibahas terutama oleh dokter pembicara yakni dr. Herlina, Sp. A, tentang 5 kesalahan pola asuh gizi pada anak.
Dokter yang berpraktek di beberapa rumah sakit dan kebetulan juga beberapa kali memeriksa anak kedua saya Ranendra, mengatakan bahwa anak memiliki masalah pada pola makannya karena kita sendiri yang salah salam mengasuhnya. Beliau menjabarkan 5 kesalahan yang sering dilakukan para orang tua baik secara sengaja maupun tidak. Apa saja itu?
1. Memaksa Anak Untuk Makan
Saat dokter cantik ini menunjukkan hal ini di slide utama, saya langsung merasa bersalah sama Abhirama. Iya, itu karena saya adalah orang tua yang sering melakukan kesalahan ini. Anak gak mau makan, saya jejelin, kalo dia lepehin, saya akan jejelin lebih banyak lagi. Alhasil, sampai sekarang, dia susah sekali untuk disuruh makan.
Traumatik karena pemaksaan apalagi yang disertai kekerasan akan membuat anak berfikir bahwa kegiatan makan ini menyiksa dirinya sehingga saat ia bisa untuk menolak, ia akan mencoba menolaknya.
Lantas apa solusinya?
Mudah saja, kita hanya perlu menerapkan disiplin waktu. Tentukan jam yang tepat untuk anak makan. Misalnya jam 7 sarapan, jam 12 makan siang, jam 8 makan malam. Kalau lebih dari waktu tersebut, singkirkan makanan. Jika dia menolak dialah satu waktu tersebut, biarkan saja. Jangan memaksa anak untuk tetap makan, biarkan instuisi nya bekerja, sehingga dia tahu jika dia tidak makan di jam tersebut, maka perutnya akan lapar dan sakit.
Buat juga kesepakatan dengan anak, tanya mereka mau makan apa di jam berapa. Ini mendorong mereka untuk ikut terlibat dalam kegiatan makan sehingga dia merasa kegiatan ini menyenangkan.
2. MPASI yang Terlalu Dini
Gak usah jauh menoleh ke sekeliling deh mencari anak anak yang diberi MPASI terlalu dini, kenyataannya yang begini banyak banget kan disekitar kita? Entah itu ponakan atau anak tetangga. Pasti adaaaa aja orang tua yang belum teredukasi soal MPASI. Padahal yang namanya MPASI harusnya dilakukan saat anak berusia 6 bulan, tapi ada aja yang memberi MPASI sebelum usia 6 bulan. Biasanya dikasih pisang atau bubur tajin. Tujuannya katanya karena melihat si anak gak kenyang kenyang meski udah dikasih susu. Atau malah biar cepet gede.
Padahal, pencernaan anak dibawah 6 bulan masih belum sempurna untuk me cerna makanan selain ASI. Dampaknya, dia akan mudah sembelit dan kembung serta masalah pencernaan yang lebih fatal.
3. Makanan Tidak Sesuai Usia
Selain harus cukup bulan untuk MPASI, bayi juga makan dengan tekstur yang berbeda. Tidak hanya itu, ada junklak atau aturan baku tentang apa yang boleh dan tidak boleh dimakan. Berbeda dengan kita orang dewasa yang cenderung memakan apa saja, dari yang alami hingga buatan, tanpa sadar kita memasukkan semuanya dalam tubuh. Tapi jangan sama kan tubuh kita dengan tubuh anak anak lho, mereka gak setangguh kita. Makanya, jangan sampai nih kita memberikan makanan dewasa kepada anak anak.
Makanan dewasa kayak apa sih? Ya kayak snack penuh vetsin, makanan yang mengandung banyak bumbu, dan yang mengandung pengawet. Selain bahannya, perhatikan juga jumlahnya. Kalau kita memberi mereka makanan secara berlebihan juga gak baik, karena akan mengganggu jadwal makan dan rasa laparnya.
4. Penggunaan Dot Terlalu Lama
Ini nih kesalahan yang sering saya lakukan sebagai orang tua. Dan saya merasakan sendiri akibatnya.
Jadi, dulu pas awal melahirkan saya gak bisa menyusui langsung sehingga menggunakan dot. Tapi karena keasinan sama dot, bayi saya malah bingung puting dan gak mau menyusu langsung. Impact nya, ASI saya jadi mampet deh. Huhuhu. Beruntung langsung ditangani sama konselor ASI, jadi setelahnya saya bisa melepas dot dan tetap menyusui langsung.
Selain saat menyusui, dot juga sering digunakan pada batita yang sambung susu formula. Biasanya sih biar praktis. Tapi ternyata menggunakan dot membuat bentuk rahang jadi berubah. Bagian atasnya akan maju, sedangkan rahang bagian bawah akan mundur. Perubahan rahang ini akan mempengaruhi kebiasaan makannya karena mereka akan kesulitan mengunyah, juga mempengaruhi kemampuan bicara. Selain rahang, gigi anak anak yang menggunakan dot juga akan rusak.
Saran dari dokter Herlina adalah, kurangi penggunaan dot setelah 6 bulan atau hentikan sama sekali beberapa bulan setelahnya.
5. Banyak Makan Makanan Manis
Menurut WHO, Indonesia menempati peringkat ke 5 sebagai negara dengan pertumbuhan anak stunting terbesar dan anak dengan tingkat obesitas tertinggi. Bukan main peringkat ini disematkan pada kita sebab melihat gera si penerus kita mengalami masalah gizi yang amat fatal.
Masalah gizi yang buruk ini, baik itu stunting atau obesitas adalah masalah yang disebabkan oleh pola makan yang salah. Orang tua jaman now, lebih senang memberi anak mereka makan makanan siap saji ketimbang makanan rumahan. Selain itu, yang mencengangkan, konsumsi gula pada anak anak kita sangatlah tinggi.
Anak anak dengan range usia 1-6 tahun selayaknya mengkonsumsi gula 10% dari total energi yang dikonsumsi atau 4 hingga 8 sendok gula setiap harinya. Kelebihan gula akan membuat mereka malas bergerak, merusak gigi, dan kehilangan nafsu makan.
Selain masalah jangka pendek, ketergantungan pada makanan yang manis membuat anak anak mengalami obesitas dan berakhir dengan diabetes. Jangan salah, jaman sekarang udah banyak loh anak anak yang saat remaja terkena diabetes. Kan kasihan sekali.
Nah, ke 5 kesalahan pada pola suhu gizi ini bisa berdampak pada banyak hal jika tidak kita perbaiki sejak dini. Udah terlanjur deh, mau gimana lagi? Gak ada kata terlambat kok Moms. Selama anak kita tetap dibawah asuhan kita, masih ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Rajin rajinlah mencari informasi tentang kesehatan anak agar kita dapat menerapkan pola hidup yang sehat dan baik. Jangan ragu juga untuk bertanya pada yang ahli.
Kalau dirasa perlu bertanya pada ahli namun kesulitan mengatur jadwal bertemu, kenapa gak konsultasi lewat Halodoc aja?
Apa itu Halodoc?
Halodoc adalah start-up Indonesia berupa aplikasi kesehatan layaknya kotak P3K yang bisa kita bawa ke mana saja. Dengan mendownload aplikasinya di google playstore maupun di App Store, kita sudah bisa menggunakan banyak fitur yang ada disana.
1. Konsultasi dokter
Saya pernah ada di posisi dimana pengen nanya sama dokter tentang satu dan lain hal tentang anak tapi saya males kalo harus datang kerumah sakit. Udah kebayang riweh nya ngantri di rumah sakit, belom lagi biaya yang harus dikeluarkan. Tapi kalo gak nanya, kadang ngeganjel di hati. Duh, galau kan?
Untungnya sudah ada Halodoc dengan fitur yang memungkinkan kita bertanya atau berkonsultasi dengan dokter yang merupakan rekanan dari Halodoc ini. Gak perlu datang ke klinik kok, cukup kirimkan pertanyaan melalui chat maupun voice call. Waah, enak banget ya.
Tim medis yang disediakan oleh Halodoc ini terdiri dari berbagai macam, mulai dri dokter umum, dokter anak hingga dokter mata. Dan bisa diakses selama 24 jam lho.
2. Fitur Pharmacy Delivery
Butuh obat urgent? Tapi gak bisa keluar rumah?
Tenang, sekarang moms bisa pesan obat melalui Halodoc. Jika sudah punya aplikasinya, tinggal klik atau search saja obat yang ingin di beli, masukkan ke keranjang. Pilih cara pembayaran, lalu check out. Pesanan akan diantarkan dalam waktu satu jam saja. Asik kan?
Selain harga obat yang gak jauh beda sama beli langsung, pengantarannya jua bebas biaya. Alias GRATIS!
3. Fitur Labs
Salah satu gitu terbaru dari Halodoc yakni Labs adalah fitur yang memungkinkan kita mengundang petugas kesehatan untuk datang kerumah, ke kantor atau ke tempat yang kita inginkan dan melakukan pengecekan kesehatan. Untuk fitur ini, Halodoc menggandeng Prodia Labs namun untuk sebaran pemanfaatannya masih sekitar Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan saja. Meski begitu, kedepannya wilayah lain juga sedang diusahakan untuk mendapat fasilitas yang sama. Uhuyy
Semakin bertambah nih ilmu saya, gak salah deh mengikuti kegiatan ini. Dengan menuliskan informasi ini di blog, saya harap moms dimana pun berada juga selalu belajar dan mempraktekan ilmu yang didapat demi perkembangan yang optimal bagi anak anak kita yaa. #sehatlebihmudah dong berkat fitur fitur dari Halodoc. Jangan lupa untuk manfaatkan semua fitur Halodoc dan dengar #katadokterhalodoc ya moms.
Keren nih fitur2 halodoc.inovatif.memaksimalkan peran dokter kapan pun di mana pun.
BalasHapusAku udah nyoba chat ke dokter dengan aplikasi Halodoc. Langsung dijawab loh sama dokter yang standby.
BalasHapus