Lama sekali sudah berlalu, suatu peristiwa naas yang pernah terjadi di masa kecil. Saya lupa itu hari apa dan tanggal berapa, yang teringat hanya saat itu adalah pertengahan bulan september yang sendu.
Kala itu ibu dan bapak tergopoh gopoh mencari bantuan sambil menggendong adik terkecil saya yang baru berusia 1,5 tahun yang mengalami batuk parah hingga berulangkali mengeluarkan darah.
Saya masih ingat kepanikan diwajah kedua orang tua yang pakaiannya sudah tambal sulam dimana mana itu, terlebih wajah adik yang sudah diambang kehidupan. Saya hanya bisa menangis, menangis dan menangis. Apa yang bisa dilakukan anak 8 tahun saat itu selain menangis ?
Sampai akhirnya Allah lebih mencintainya, memintanya kembali untuk menghilangkan rasa sakit itu. Lintang Anggara Putra, adik saya itu adalah satu dari sekian banyak anak yang malang karna terlahir sebagai keluarga miskin, yang bahkan tak mampu membelikannya sebutir obat TBC untuk sekedar memanjangkan hidupnya. Dokter ? Apalah nasib kami yang untuk makan saja kami harus bekerja siang dan malam. Kami tak pernah berharap lebih dari sekedar mantri keliling yang hanya datang sebulan sekali.
Dari itu saya bertekad, saya harus jadi seseorang yang berguna bagi orang lain. Tidak, tidak, saya tidak berharap jadi dokter, itu mimpi yang terlalu muluk buat saya karna isi otak saya takkan sanggup menampung materi pelajaran kedokteran. Kalau pun bisa, masalah kedua adalah biaya. Windah kecil sudah rasional meski hanya sekedar bermimpi.
Andai...
Kini saya sudah dewasa, saya hampir bangga karna merasa sudah menjadi orang yang berguna bagi orang lain, sebelum akhirnya saya mengetahui tentang Nusantara Sehat. Mengenalnya seperti membuat saya terpental ke dimensi lain, dimana saya menjadi anak usia 8 tahun yang sedang tersedu. Seandainya dulu pemerintah sudah sepeduli ini, mungkin adik saya sudah remaja sekarang. Ah, itu sudah takdir bukan ?
Lalu saya ber-angan, seandainya saya yang menjadi anggota tim Nusantara Sehat, saya tak mau muluk muluk, saya hanya ingin mengedukasi lebih banyak orang, mengedukasi tentang pentingnya pencegahan penyakit, mengedukasi tentang bahayanya penyakit. Saya bukan petugas medis, jelas saya tak bisa melakukan tindakan medis. Tapi saya ingin banyak lintang yang belum terjamah oleh tangan medis bisa diedukasi dengan baik sehingga mereka tidak menjadi lintang yang malang seperti halnya adik saya.
Selain mengedukasi, sebagai bagian dari Tim nusantara sehat saya juga ingin seluruh Indonesia tau dan peduli, ada bagian lain dari kita yang sebetulnya membutuhkan uluran tangan, membutuhkan perhatian yang lebih dibanding sekedar ribut ribut di sosial media mengenai ini dan anu. Saya akan mendokumentasikan semuanya, lantas menyebarkannya keseluruh Indonesia, bahkan dunia. Agar usaha memajukan daerah terpinggir dan tertinggal tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan segelintir orang saja.
Tapi jika betul betul saya menyandang gelar tim Nusantara Sehat, pastilah saya merupakan tenaga medis yang kompeten maka tak ada yang ingin saya lakukan selain membantu orang lain agar selalu sehat dan tetap sehat serta terus menebarkan manfaat bagi orang lain.
Tapi jika betul betul saya menyandang gelar tim Nusantara Sehat, pastilah saya merupakan tenaga medis yang kompeten maka tak ada yang ingin saya lakukan selain membantu orang lain agar selalu sehat dan tetap sehat serta terus menebarkan manfaat bagi orang lain.
Apalah saya yang hanya bisa berandai sebatas kemampuan yang saya punya saja, mungkin kata orang bermimpilah yang tinggi setinggi bintang dilangit, tapi bagi saya, bermimpilah satu langkah didepan lalu raihlah, itu lebih mudah daripada meletakkan mimpi dilangit namun kita tak memiliki tangga untuk meraihnya.
jadi ikutan sedih membacanya..jadi ikut ngebayangin..lintang.., semoga harapannya tercapai..jadi anggota nusantara sehat..
BalasHapusai, katanya kita gak boleh berandai2 ni :)
BalasHapusbagus mbak ceritanay, bikin saya terharu !
BalasHapus